Jumat, 15 Februari 2008

Teh atau ocha !
Beberapa hari ini hujan terus – menerus, isi berita di TV pun penuh dengan berita daerah – daerah yang banjir. Sambil ditemani secangkir teh panas…… aku dan beberapa ‘konco’ mulai asyik ngobrol soal kebiasaan minum teh, ada yang suka teh hijau, ada yang teh poci, namun ada juga yang suka teh pahit (teh tanpa gula). klo aku sih paling suka “teh bikinan” (maksudnya teh yang di bikinkan teman…..kan gak susah – susah lagi..he..eh).Kayaknya asyik juga klo ada rutinitas seperti ini, ada teh panas yang bikin hangat, dan bikin obrolan jadi asyik.
Karena beberapa hari ini sudah larut dalam aktivitas minum teh bersama, makanya iseng – iseng aku coba membaca beberapa referensi tentang bagaimana upacara teh dilakukan (karena upacara minum teh lebih khusus dilakukan oleh masyarakat Jepang, maka referensinya pun dari beberapa situs mengenai upacara minum teh di Jepang)
Tahun Keterangan
Abad XVI
a. Bangsa Eropa kenal teh
b. Teh diperdagangkan di Belanda (1610) teh dari Tiongkok dan Jepang
Akhir Abad XVII
a. Orang Inggris suka minum teh (harga penjualan mencapai 20 x harga pembelian)
Kalau di Indonesia, teh merupakan minuman suguhan dalam setiap acara baik formal atau non formal. Paling enak di suguhkan pada saat cuaca dingin, tapi baik juga di suguhkan pada saat santai. Ada teh poci,teh hijau, teh celup, teh melati dan masih banyak penyebutan teh lainnya sesuai dengan warna, cara pengolahan atau pun penyajian.
Klo di Jepang budaya minum teh dilakukan dengan ritual khusus yang di sebut sado atau chado yang artinya jalan teh. Ini merupakan ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh bagi tamunya. Ritual ini dilakukan oleh tuan rumah dalam situasi yang sangat menyenangkan bagi tamunya dan merupakan penghormatan bagi tamu yang di undang.
Upacara minum teh bagi orang jepang merupakan cerminan kepribadian dan pengetahuan si tuan rumah dalam tujuan hidup, cara berpikir, agama dan berbagai pengetahuan seni umum. Biasanya teh (ocha) yang di gunakan adalah teh hijau yang di giling halus. Ada yang di sebut matchado (teh hijau jebis matcha) atau senchado (teh hijau jenis sencha)
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan. Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar mempraktekkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam upacara minum teh.
Sejarah teh di Indonesia
Teh di perkenalkan pertama kali di Indonesia oleh Andreas Cleyer pada tahun 1686 di perkebunan Batavia. Pada tahun 1728 pengolahan teh sudah didukung oleh pemerintah. Nah mulai tahun 1826 sampai dengan tahun 1828, mulai terjadi penanaman dan ekspor teh dalam skala besar. Dimulai dari percabaaan yang berhasil di kebun Botani Bogor, tanaman teh mengalami masa keemasan-nya dengan keuntungan Pemerintah Belanda yang mencapai 967 juta gulden, dimana terdapat 4.500 bau (sekitar 3.193 hektar) kebun teh di pulau Jawa. Sistem perkebunan teh ini di mulai oleh J.L.L.L. Jacobson.
Sumber:
"http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_teh_di_Indonesia
"http://id.wikipedia.org/wiki/Upacara_minum_teh

Tidak ada komentar: