KAJIAN POTENSI KARS KAWASAN SUKOLILO – PATI
JAWA TENGAH
Oleh
ET Paripurno, Petrasa Wacana, Dicky Messah, AB Rodialfallah, Rikky Raymond
1 Pusat Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta
2 Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta.
Sari
Wilayah perbukitan pada kawasan Kendeng Utara merupakan kawasan Kars.Geomorfolgi Kawasan Kars Sukolilo adalah Perbukitan Kars Struktural dengan morfologi permukaan (eksokars) berupa bukit kerucut yang menjajar (conical hills)
Pola aliran (sistem hidrologi) yang berkembang adalah pola pengaliran paralel yang dikontrol oleh struktur geologi yang ada dikawasan tersebut. Penjajaran mata air kars pada bagian Utara dan Selatan perbukitan kars Sukolilo, muncul pada ketinggian kisaran 5 -150 mdpl radius 1 – 2 km dari perbukitan kars Sukolilo. Mata air dan sistem sungai bawah tanah di Kawasan Kars Sukolilo bersifat parennial.
Kawasan Kars Sukolilo merupakan kawasan penyimpan air bagi seluruh mata air kars di Pati dan Grobogan, sehingga Pemerintahan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati perlu menetapkan kawasan ini sebagai kawasan kars yang dilindungi agar fungsinya tetap terjaga sehingga risiko bencana kekeringan bagi 8000 kk dan 4000 ha lahan pertanian di kemudian hari dapat dihindari.
Kata kunci : Kars, mataair, eksokars, conical hill, risiko bencana.
1. Latar Belakang
Fenomena Kars Sukolilo (Kendeng Utara) tercermin melalui banyaknya bukit-bukit kapur kerucut, munculnya mata-mata air pada rekahan batuan, mengalirnya sungai-sungai bawah tanah dengan lorong gua sebagai koridornya. Sering ditemukan lahan yang sangat kering di permukaan saat musim kemarau pada bagian bagian bukit karena sungai-sungai yang mengalir di permukaan sangat jarang. Aliran air masuk kedalam rekahan batuan kapur atau batugamping (limestone) dan melarutkannya, sehingga di bagian bawah kawasan ini bayak ditemukan sumber-sumber mata air yang keluar melalui rekahan-rekahan batuan.
Berdasarkan peraturan pemerintah dalam ”Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 1456 K/20/MEM/2000 tentang Pedoman pengelolaan Kawasan kars” menyebutkan bahwa pengkajian kars harus dilakukan dalam pengelolaan kawasan dilakukan. Selanjutnya, apabila dalam penetapannya sebuah kawasan kars memiliki kriteria sebagai kawasan Kars Kelas 1 (Pasal 12) maka perlindungan terhadap kawasan kars harus menjadi perhatian utama dalam menentukan keberlanjutan ekologi di dalamnya.
Sampai saat ini Kawasan Kars Kendeng Utara yang melingkupi Kabupaten Pati hingga Kabupaten Grobogan belum ditetapkan sebagai kawasan perlindungan kars. Status ini menjadikan kawasan ini berisiko untuk dikelola secara tidak tepat asas. Pengelolaan kawasan kars yang tidak berorientasi pada prinsip-prinsip pembangunan berekelanjutan akan memunculkan risiko bencana kekeringan. Berkenaan dengan hal tersebut maka informasi tentang keberadaan dan nilai kawasan kart tersebut perlu digali dan diinformasikan ke pelbagai pihak sehingga dapat dilakukan kebijakan dan praktek pembangunan yang baik di kawasan tersebut.
2. Fisiografi & Geomorfologi
Berdasarkan pengklasifikasian fisiografi Jawa (Bemmelen, 1949) tersebut maka Kawasan Kars Sukolilo Pati terletak pada pegunungan Kendeng (antiklinorium Bogor – Serayu Utara - Kendeng). Tepatnya pada Pegunungan Kendeng Utara yang merupakan lipatan perbukitan dengan sumbu membujur dari arah Barat – Timur dan sayap Lipatan berarah Utara – Selatan.
Morfologi Kawasan Kars Sukolilo Pati secara regional merupakan komplek perbukitan kars yang teletak pada struktur perbukitan lipatan. Setelah perlipatan mengalami proses pelarutan, pada bagian puncak perbukitan Kars di permukaan (eksokars) ditemukan morfologi bukit-bukit kerucut (conical hills), cekungan-cekungan hasil pelarutan (dolina), lembah-lembah aliran sungai yang membentuk mulut gua (Sinkhole), mata air dan telaga kars ditemukan pada bagian bawah tebing. Morfologi bawah permukaan (endokars) kawasan kars tersebut terbentuk morfologi sistem perguan dan sungai bawah tanah. Pada bagian Utara dan Selatan batas akhir batuan kapur / batugamping merupakan dataran.
Ketinggian tertinggi komplek perbukitan kars ini antara 300 - 530 mdpl. Bagian Selatan dari perbukitan tersebut terdapat tebing yang memanjang dari Barat – Selatan dengan kemiringan lereng tegak hingga atau curam. Bagian ini merupakan blok struktur patahan dari komplek Perbukitan Kars Sukolilo Pati yang terbentuk saat proses pengangkatan Pegunungan Kendeng Utara.
3. Geologi
Stratigrafi kawasan Kars Kendeng Utara masuk kedalam Formasi Bulu dengan batuan penyusun (litologi) batu gamping masif yang mengandung koral, alga dan perlapisan batugamping yang juga mengandung foram laut berupa koral, orbitoid dan alga. Sesekali diselangselingi oleh Batupasir Kuarsa bersifat karbonatan. Formasi Bulu penyusun kawasan Kars Grobogan ini terbentuk pada masa Meosen Tengah – Meosen Atas, terbentuk 25 juta tahun yang lalu berdasarkan skala waktu geologi.
Struktur geologi yang berkembang di Kawasan Kars Sukolilo adalah struktur sinklinal. Pada bagian Formasi Bulu yang menjadi kawasan kars merupakan bagian dari sinklin dengan arah sayap lipatan Utara – Selatan. Sumbu sinklin terdapat pada bagian puncak komplek perbukitan kars yang memanjang dari Beketel hingga wilayah Wirosari, perbatasan dengan Blora. Terdapat juga struktur patahan yang berarah relatif Timur Laut – Barat Daya. Kondisi struktur geologi demikian menyebabkan batugamping sebagai batuan dasar penyusun formasi Kars Sukolilo Pati memiliki banyak rekahan, baik yang beukuran minor maupun mayor. Rekahan-rekahan ini merupakan cikal bakal pembentukan dan perkembangan sistem perguaan di kawasan kars setelah mengalami proses pelarutan dalam ruang dan waktu geologi.
4. Speleologi
Mulut-mulut gua di kawasan ini tersingkap dengan 2 tipe. Yaitu tipe runtuhan dan pelarutan dari permukaan. Tipe runtuhan umumnya membentuk mulut gua vertikal, Contohnya Gua Kembang, Dusun. Wates, Gua Lowo Misik, Gua Kalisampang, Gua Tangis, Gua Telo, Gua Ngancar, dan Sumur Jolot Dusun Kancil, Desa Sumber Mulyo Pati. Tipe ini memiliki karakter banyak terdapat bongkahan batuan yang runtuh dari atap lorong, hal ini merupakan bukti bahwa sistem gua ini terbentuk pada jalur rekahan yang relatif lemah sehingga batuan dasarnya labil dan mudah lepas. Disamping itu juga akan di temukan lorong-lorong yang berkelok-kelok seperti retakan batuan. Bukti lain kalau kontrol struktur mempengaruhi pembentukan gua dapat dilihat pada penjajaran ornamen gua di atap-atap yang terbentuk dari hasil pengendapan karbonat hasil pelarutan.
Selain kontrol struktur yang dominan di Kawasan Kars Sukolilo Pati dalam pembentukan sistem perguaannya, proses pelarutan yang berasal dari air permukaan juga terdapat di kawasan ini. Dapat di jumpai di beberapa gua yang mulutnya terdapat di dasar-dasar lembah, Seperti pada Gua Urang, Dsn. Guwo, Kemadoh Batur, Grobogan Gua Bandung, Gua Serut, Gua Gondang dan Gua Banyu Desa Sukililo dan Gua Wareh Desa Kedungmulyo, Kecamatan Sukolilo serta Gua Pancur di Kecamatan Kayen. Pada musim hujan mulut-mulut gua tersebut merupakan jalur sungai periodik yang masuk kedalam gua dan juga sebagai sungai utama yang keluar dari dalam gua. Pada umumnya gua-gua horizontal di kawasan ini berkembang mengikuti pola perlapisan batuan dasarnya dengan kemiringan lapisan ke arah Utara sehingga akumulasi sungai-sungai permukaan akan terpusat pada daerah-daerah bawah yang keluar melalui mata air ataupun mulut-mulut gua.
Selama proses karstifikasi berlangsung, sistem hidrologi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan sistem-sistem perguaan yang terakumulasi pada zona jenuhnya menjadi aliran bawah permukaan atau sungai bawah permukaan. Gua menjadi corridor sistem penghubung antara proses-proses eksokars di permukaan dan endokars dibawah permukaan. Corridors adalah suatu struktur fungsional pada bentanglahan, adanya corridors menjadi dasar untuk mencegah fragmentasi menjadi kepingan atau sebaliknya untuk meningkatkan penetrasi dari makhluk asing. Corridors adalah suatu fungsi struktur dalam satu bentuklahan. Corridors dapat terbentuk oleh topografi seperti adanya siklus hidrologi seperti lapisan sungai, oleh manusia seperti pada kasus pembukaan hutan.
5. Hidrogeologi Kars
Pola hidrogeologi Kawasan Kars Sukolilo Pati secara regional adalah pola aliran paralel dimana terdapat penjajaran mataair dan mengikuti struktur geologi yang ada. Pola aliran seperti ini merupakan cerminan bahwa pola aliran sungai di Kawasan Kars Sukolilo Pati dipengaruhi oleh struktur geologi yang berkembang. Sungai-sungai yang mengalir dibagi menjadi dua zona, yaitu zona aliran Utara dan zona aliran Selatan. Baik zona Utara maupun Selatan adalah sungai-sungai yang muncul dari rekahan batugamping kawasan tersebut atau Kars Spring dengan tipe mata air kars rekahan (fracture springs). Terbentuknya mataair rekahan tersebut akibat terjadinya patahan pada blok batugamping di kawasan ini saat proses pengangkatan dan perlipatan.
Zona ditemukannya penjajaran mata air tersebut merupakan batas zona jenuh air di Kawasan Kars Sukolilo Pati. Pada Zona Utara pemunculan mata air kars berada pada daerah-daerah berelief rendah hingga dataran dengan kisaran ketinggian 20 - 100 mdpl dan pada Zona Selatan muncul pada ketinggian antara 100 - 350 mdpl. Bukti lain bahwa proses karstifikasi kawasan ini masih berlanjut dan masih merupakan fungsi hidrologis adalah ditemukannya sungai-sungai bawah permukaan yang keluar sebagai aliran permukaan melalui corridor-corridor mulut gua yang ada pada daerah Sukolilo. Bukti ini dapat dilihat dari sungai bawah tanah yang terdapat di Gua Wareh, Gua Gua Gondang, Gua Banyu dan Gua Pancuran. Keempat gua tersebut merupakan sistem perguaan sekaligus sistem sungai bawah tanah yang masih aktif. Fenomena tersebut memberikan gambaran bahwa perbukitan Kawasan Kars Sukolilo Pati berfungsi sebagai kawasan resapan air (recharge area), kemudian air resapan tersebut terdistribusi keluar melalui mata air-mata air yang bermunculan di bagian permukiman dan di daerah-daerah dataran sekitar Kawasan Kars Pati.
Dalam Kawasan Kars Kendeng ini terdapat 33 sumber mata air yang mengelilingi Kawasan Kars Grobogan dan 79 sumber mata air yang mengelilingi Kawasan Kars Sukolilo Pati (Kendeng utara). Keseluruhan mata air tersebut bersifat parenial artiya terus mengalir dalam debit yang konstan meskipun pada musim kemarau. Berikut ini daftar mata air hasil survey di kawasan Kars Grobogan (Kendeng Utara). Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pemunculan air di sepanjang musim selalu berubah. Pada musim kemarau berdasarkan perhitungan dari 38 sumber air yang ada di kawasan Sukolilo mencapai lebih dari 1000 lt/dtk, dan mencukupi kebutuhan air lebih dari 7882 KK yang ada di Kecamatan Sukolilo. Perhitungan ini akan lebih meningkat drastis pada saat musim hujan.
7. Fungsi Kawasan
Kawasan Kars Sukolilo memiliki fungsi utama sebagai fungsi hidrologi, yang berguna bagi kelangsungan sistem ekosistem yang ada di kawasan kars. Banyaknya outlet-outlet mataair yang keluar menunjukkan bahwa Kawasan Kars Sukolilo merupakan kawasan kars aktif yang telah dan sedang mengalami proses karstifikasi. Keberadaan air yang melewati sungai-sungai bawah permukaan dan sumber-sumber air sangat memberikan peranan penting terhadap setiap aset-aset kehidupan dan penghidupan yang ada di kawasan kars baik oleh biota-biota yang ada di dalam gua, flora dan fauna yang ada di purmukaan dan manusia sebagai komponen utama yang berperan penting dalam suatu ekosistem. Perbukitan batugamping kawasan ini memiliki sifat-sifat kawasan karst.
Ciri-ciri penting bentukan bukit dan lembah yang khas akibat proses-proses pelarutan, terdapat gua-gua, aliran sungai bawah permukaan, dan mataair. Air hujan yang jatuh di perbukitan, akan meresap ke dalam tanah, masuk ke rekahan-rekahan dan pori-pori batugamping menjadi aliran konduit. Selanjutnya, air mengalir ke tempat yang lebih rendah melalui rekahan-rekahan dan kemiringan lapisan batuan yang membentuk lorong-lorong gua, menjadi aliran sungai bawah permukaan. Hingga akhirnya, air akan muncul lagi ke permukaan tanah di tempat yang lebih rendah menjadi mataair
Fisik dan struktur geologi perbukitan ini, dengan sempurna telah menyimpan dan memelihara air, dalam jumlah dan masa tinggal yang ideal. Sehingga dapat mencukupi kebutuhan air bagi warga setempat di musim kemarau sampai datangnya musim hujan berikutnya. “Kemampuan bukit karst dan mintakat epikarst pada umumnya telah mampu menyimpan tiga hingga empat bulan setelah berakhirnya musim penghujan, sehingga sebagian besar sungai bawah tanah dan mataair mengalir sepanjang tahun dengan kualitas air yang baik.”(Haryono. 2001).
Mata air epikarst, menurut studi Linhua (1996), dikenal mempunyai kelebihan dalam hal:
1. Kualitas air. Air yang keluar dari mataair epikarst sangat jernih karena sedimen yang ada sudah terperangkap dalam material isian atau rekahan.
2. Debit yang stabil. Mataair yang keluar dari mintakat epikarst dapat mengalir setelah 2-3 bulan setelah musim hujan dengan debit relatif stabil.
3. Mudah untuk dikelola. Mataair epikarst umumnya muncul di kaki-kaki perbukitan, sehingga dapat langsung ditampung tanpa harus memompa
Kawasan karst ini menjadi sebuah tandon air alam raksasa bagi semua mataair yang terletak di kedua kabupaten tersebut. Akifer yang unik menyebabkan sumberdaya air di kawasan karst terdapat sebagai sungai bawah permukaan, mataair, danau dolin/telaga, dan muara sungai bawah tanah (resurgence). Kawasan karst disinyalir merupakan akifer yang berfungsi sebagai tandon terbesar keempat setalah dataran aluvial, volkan, dan pantai.
Selain potensi sumber daya air, sebagian gua di kawasan karst Kendeng Utara Pati merupakan tempat tinggal bagi komunitas kelelawar. Kelelawar sangat berperan dalam mengendalikan populasi serangga yang menjadi hama dan vektor penyebaran penyakit menular.
8. Pemanfaatan Sumberdaya Air
Sumberdaya air di kawasan kars merupakan aset berharga bagi masyarkat sekitar kawasan kars. Hampir seluruh masyarakat di kawasan Kars Kendeng Utara meliputi; kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo Kabupaten Pati memanfaatkan sumber-sumber air yang berasal dari kawasan Kars Sukolilo, karena 90% suplai air berasal dari Kawasan Kars Kendeng Utara. Hampir setiap dusun yang berada Desa Sukolilo (19 mataair), Desa Gadudero (3 mataair), Desa Tompe Gunung (21 mataair), Desa Kayen (4 mataair), Desa Kudumulyo (1 mataair), Desa Mlawat (1 mataair), Desa Baleadi (3 mataair), Desa Sumbersuko (24 mataair) yang ada di Kecamatan Sukolilo memiliki sumber-sumber mataair yang memiliki debit aliran bervariasi dari 1 liter/detik hingga 178,90 liter/detik. Sumber air yang terbesar di kecamatan Sukolilo adalah Sumber lawang yang terletak di Dusun Tengahan, Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo dengan debit aliran di musim kemarau 178,90 liter/detik. Sumber ini mampu memenuhi kebutuhan air lebih dari 2000 KK di Kecamatan Sukolilo, karena sumber ini merupakan sumber utama yang aliran permukaannya bergabung dengan beberapa sumber air yang ada di sekitarnya sehingga menjadi sungai permukaan yang memiliki aliran terbesar dan dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti ; mencuci, MCK, ternak, kebutuhan dasar sehari-hari dan sebagai saluran irigasi untuk lebih dari 4000 hektar areal persawahan di Desa Sukolilo. Selain itu juga Sumber Lawang juga telah dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik mikrohidro untuk memenuhi kebutuhan listrik di Dusun Tengahan.
Dari beberapa mataair yang ada di Kecamatan Sukolilo, debit aliran terkecil yaitu 0,06 liter/detik, yaitu Sumber Ngowak di Dusun Tompe Gunung, Desa Tompe Gunung, Kecamatan Sukolilo. Debit ini belum termasuk dengan aliran pipa yang sudah dimanfaatkan pada sumber ini. Dari sumber ini mampu memenuhi kebutuhan air bagi 40 KK yang ada di sekitar Dusun Tompe Gunung. Setiap sumber air yang ada di Kawasan Kars Sukolilo mampu memenuhi rata-rata kebutuhan air masyarakat lebih dari 200 KK di setiap dusun atau desa Pemanfaatan air per hari untuk 1 orang sekitar 15-20 liter, dapat dihitung jika 1 KK memanfaatkan air untuk kebutuhan sehari-hari bisa mencapai 100 liter. Hal ini dapat menunjukkan bahwa sumberdaya air yang ada di kawasan Kars Sukolilo melebihi kapasitas kebutuhan air masyarakat, dan yang lainnya juga dimanfaatkan sebagian besar untuk lahan-lahan pertanian dan peternakan.
9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dapat ditarik kesimpulan :
1. Wilayah perbukitan pada kawasan Kendeng Utara merupakan kawasan Kars.Geomorfolgi Kawasan Kars Sukolilo adalah Perbukitan Kars Struktural dengan morfologi permukaan (eksokars) berupa bukit kerucut yang menjajar (conical hills), Tebing patahan yang memanjang, Lembah-lembah hasil pelarutan (dolina) dan mataair kars (kars spring). Morfologi bawah permukaan (endokars) ditemukan sistem perguaan struktural dan sungai bawah tanah yang berkembang mengikuti pola rekahan
2. Pola aliran (sistem hidrologi) yang berkembang adalah pola pengaliran paralel yang dikontrol oleh struktur geologi yang ada dikawasan tersebut. Penjajaran mata air kars pada bagian Utara dan Selatan perbukitan kars Sukolilo, muncul pada ketinggian kisaran 5 -150 mdpl radius 1 – 2 km dari perbukitan kars Sukolilo. Mata air dan sistem sungai bawah tanah di Kawasan Kars Sukolilo bersifat parennial (mengalir sepanjang musim). Fungsi hidrologi di kawasan ini merupakan pengontrol utama sistem ekologi yang meliputi hubungan antara-komponen-komponen abiotik (tanah, batuan, sungai, air, dll), biotik (biota-biota gua serta flora dan fauna yang ada di kawasan kars), dan culture (lingkungan sosial, masyarakat, kebudayaan, dan adat istiadat) yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya membentuk suatu ekosistem dimana kars sebagai kontrol utamanya.
3. Perbukitan Kawasan Kars Sukolilo berfungsi sebagai daerah resapan dan penyimpan air untuk mataair–mata air yang mengalir di pemukiman, baik dibagian Utara maupun bagian Selatan Kawasan ini. Komplek perguaan kawasan Kars Grobogan memiliki potensi sumber daya air untuk kebutuhan dasar 8.000 rumah tangga serta 4.000 ha lahan pertaniaan sebagai sumber penghidupan mereka. Pola permukiman di kawasan tersebut semuanya mendekati pemunculan mata air-mata air, terutama pada bagian-bagian atas.
4. Berdasarkan hasil kajian dari fakta-fakta lapangan mengenai potensi dan kerberlangsungan fungsi utama kawasan kars grobogan, maka Kawasan Kars Pati – Kawasan Kars Grobogan masuk dalam klasifikasi Kawasan Kars Kelas 1 menurut Kepmen ESDM NO. 1456/K/20/MEM/2000 pasal 12.
10. Rekomendasi
1. Kawasan Kars Sukolilo merupakan kawasan penyimpan air bagi seluruh mata air kars di Pati dan Grobogan, sehingga Pemerintahan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati perlu menetapkan kawasan ini sebagai kawasan kars yang dilindungi agar fungsinya tetap terjaga sehingga risiko bencana kekeringan bagi 8000 kk dan 4000 ha lahan pertanian di kemudian hari dapat dihindari.
2. Perlu dilakukan eksplorasi bawah pemukaan untuk memetakan sistem-sistem perguaan dan sisten-sistem sungai bawah permukaan di Kawasan Kars Sukolilo seperti yang sudah dilakukan di Kawasan Kars Grobogan untuk menemukan hubungan sistem-sistem utama Kawasan Kars Kendeng Utara.
Referensi
Anonim, 2008, Laporan Pengkajian Partisipatif Dinamika Masyarakat Pengguna Air Kars, Kars Kendeng Utara, Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta
Anonim, 2008, Laporan Hidrologi Kars dan Pemanfaatan Sumberdaya Air Kawasan Sukolilo, Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta, Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta. Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng dan Paguyuban Kadang Sikep.
Anonim, 2008, Laporan Ekspedisi Kars Sukolilo: Pemetaan gua dansistem hidrologi bawah permukaan, Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta, Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta.
Anonim, 2007, Laporan Survey Speleologi, Hidrologi Kars dan Pemanfaatan Sumberdaya Air Kecamatan tawangharjo dan Kecamatan Wirosari, Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta dan Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta.
Anonim, 2006, Laporan Ekspedisi Grobogan: Pemetaan gua dan sistem hidrologi bawah permukaan, Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta & Masyarakat Peduli Kars Grobogan.
Anonim, Peta RBI lembar Tambakromo dan Sukolilo
Anonim, Citra Satelit Jawa tengah
Haryono, 2001, Nilai Hidrologis Bukit Kars, Makalah dalam Seminar Nasional Eko Hidrolik, Teknik Sipil Universitas Gadjahmada
Anonim, 2000, Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 1456 K/20/MEM/2000 tentang Pedoman pengelolaan Kawasan kars”
Sabtu, 05 Juli 2008
Senin, 14 April 2008
dari www.sekitarkita.com
HUTANKU MENYEKA PANTATMU
Rahadian Permadi*
Ketika sedang "nongkrong" atau duduk di atas toilet hotel, biasaya
kita melihat sebuah gulungan kertas yang menggantung ditembok.
Gulungan kertas itu lazim disebut kertas toilet yang digunakan untuk
membersihkan diri sehabis buang air. Singkatnya kertas tersebut
digunakan untuk mengatasi perkara toilet.
Bagi masyarakat Indonesia mungkin kertas toilet bukan hal yang
penting karena kebiasaan toilet di Indonesia tak menggunakan kertas
toilet. Masyarakat Indonesia biasa menggunakan air untuk membasuh
atau membersihkan diri sehabis buang air. Perkara membersihkan diri
dengan air atau lazim disebut "cebok" masih saja dilakukan sekalipun
bagi mereka yang masih menggunakan jamban atau toilet yang berada di
pinggir kolam atau empang. Namun bagi masyarakat di belahan bumi
lainnya, kebiasaan membasuh dengan air tidak dilakukan, sebagai
gantinya mereka menyekanya dengan kertas toilet.
Sekilas, kertas toilet kelihatan seperti perkara sepele saja. Toh itu
hanya kertas yang digunakan untuk membersihkan diri atau cebok.
Sesungguhnya kertas toilet memiliki sejarah yang cukup panjang.
Menurut catatan Bulk Wolf (Sejarah Kertas Toilet) yang terdapat dalam
ABCNews, sekitar abad ke-14 Kaisar China meminta kertas toilet
berukuran dua kali tiga kaki. Pada tahun 1596 Sir John Harington,
menemukan toilet yang dapat mengeluarkan air (flushing). Hal ini lalu
memberikan inspirasi bagi perkembangan berikutnya. Joseph C. Gayetty,
seorang pengusaha, yang membuat kertas toilet yang
disebut "therapeutic paper" (kertas terapi). Kertas toilet dalam
bentuk gulungan baru muncul menjelang akhir abad ke-19 yang
dipromosikan oleh Scott Paper—perusahaan ini pada akhirnya bergabung
dengan salah satu perusahaan kertas toilet raksasa Kimberly-Clark.
Jika dilihat dari sejarahnya yang panjang, mungkin kertas toilet tak
lagi dipandang sebagai barang sepele. Namun barangkali masih ada yang
menganggap kertas toilet sebagai barang sepele tapi tidak oleh
militer Amerika. Ketika Perang Teluk berkecamuk, tentara Amerika
menggunakan kertas toilet untuk menyamarkan tank-tanknya!
Di negara-negara maju semisal Amerika, negara-negara di kawasan
Eropa, dan Australia pemakaian kertas toilet cukup besar. Besarnya
jumlah pemakaian kertas toilet ini tak lepas dari kebiasaan toilet
yang ada di negara-negara tersebut. Oleh karena kebiasaan ini maka ia
harus senantiasa tersedia dan karenanya harus selalu masuk dalam
daftar belanja. Bahkan kertas toilet menjadi pilihan kedua terbanyak
setelah makanan jika orang ditanya apa yang paling dibutuhkan
seandainya terdampar di sebuah pulau (www.toiletpaperwolrd.com). Hal
ini membuat kertas toilet merupakan barang yang cukup konsumtif.
Masih dari sumber yang sama, menurut survey yang dilakukan Charmin
(sebuah anak cabang dari perusahaan Procter & Gamble di Amerika),
rata-rata pemakaian kertas toilet kurang lebih 8 lembar sekali pakai
atau 57 lembar perharinya dan 20.805 lembar pertahunnya. Dengan angka-
angka ini dapat dibayangkan jika di sebuah kota berpenduduk 20 juta,
maka pemakaian kertas toilet pertahunnya kurang lebih mencapai 416
milyar lembar! Selain menunjukkan jumlah pemakaian yang besar, angka
ini juga menunjukkan bahwa dibalik perkara cebok terdapat ladang
bisnis yang menggiurkan. Lihat saja dalam skala kecil, bisnis toilet
di Indonesia yang tak pernah sepi. Apalagi jika dalam skala besar,
semakin banyak dolar yang dapat diraup dari bisnis toilet ini.
Kimberly-Clark meraup sekitar 4,46 juta dolar pada tahun 1999 dengan
penjualan sebanyak 16.9 milyar lembar kertas toilet dari 1 gulung
kertas toilet yang berisi 280 lembar (www.toiletpaperworld.com).
Besarnya jumlah konsumsi kertas toilet mengakibatkan naiknya jumlah
produksi kertas toilet. Hal ini tentu saja berimbas pada penyediaan
kayu sebagai bahan dasar pembuat kertas. Jika seandainya pemakaian
hutan di negara produsen dan konsumen kertas sudah mencapai titik
maksimum maka hal ini dapat mengganggu proses produksi kertas.
Selanjutnya kebutuhan pasar kertas tak medapatkan pasokan. Mungkin
sebagian besar pengguna kertas toilet akan kebingunan jika kertas
toilet tak mudah lagi didapatkan. Dalam situasi ini, jalan keluar
yang diambil adalah mengimpor bubuk kertas dari negara lain. Jalan
keluar semacam ini mengorbankan hutan-hutan di negara-negara dunia
ketiga—banyak perusahaan kertas berlokasi di negara-negara maju.
Saat ini, sekitar 80% pasokan pulp dan kertas dunia berasal dari
negara-negara Norscan, yang telah mencapai titik maksimum penggunaan
hutan mereka. Padahal, pada saat yang bersamaan, kebutuhan dunia
meningkat sekitar 3% setiap tahunnya. Harapan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut jatuh pada negara-negara yang masih memiliki
hutan, seperti Indonesia, Brasil, Cile, Afrika Tengah, dan Rusia.
Karena itu, di kawasan Asia, Indonesia memegang peranan penting dalam
memasok kebutuhan pulp dan kertas dunia.
http://www.aikon.or.id/minggukertas/faq.asp
Negara-negara yang masih memiliki hutan—umumnya negara dunia ketiga—
mungkin melihat persoalan ekspor kertas sebagai peluang untuk
mengangkat perekonomian negara. Beranjak dari pandangan tersebut,
dibuatlah perjanjian bisnis antara negara pemilik hutan dan
perusahaan kertas. Setelah perjanjian bisnis selesai ditandatangani,
maka berdatangan orang-orang dengan segala mesin-mesin canggihnya
untuk menebangi pohon-pohon. Tak dapat disangkal lagi, proses
penebangan hutan untuk produksi kertas mengakibatkan kerusakan
lingkungan. Lihat saja kasus Indorayon—sebuah perusahaan bubuk kertas
di Sumetara Utara—yang proses produksinya kemudian membuat volume air
Danau Toba berkurang. Mudah diprediksi bahwa kasus-kasus serupa juga
terjadi di negara-negara lainnya jika melihat ulah para perusahaan
penghasil bubur kayu.
Jika demikian buruk dampak pemakaian kertas terhadap lingkungan,
apakah ada alternatif pengganti kertas, termasuk kertas toilet?
Apakah lebih baik para pengguna kertas toilet dianjurkan untuk
mengganti kebiasaannya, misalnya membasuh dengan air? Agak sulit
untuk mencari pengganti kertas dan juga sulit merubah kebiasaan yang
telah berlangsung berabad-abad. Jawaban lainnya mungkin adalah
penggunaan kertas daur ulang sebagai kertas toilet. Jika dilihat dari
banyaknya sampah yang dihasilkan dari pemakaian kertas, maka produk
daur ulang seperti obat mujarab untuk mengatasi persoalan pemakaian
kertas. Sekarang ini banyak kertas toilet yang merupakan produk daur
ulang. Dengan adanya produk daur ulang ini maka para konsumen kertas
dianjurkan untuk memilah sampah di kantor atau di rumah masing-masing.
Keprihatinan akan pemakaian kertas yang begitu besar dan dampaknya
terhadap kelestarian hutan beserta habitatnya, harus mengendap dalam
kesadaran para pengguna kertas toilet. Mereka harus pandai memilih
produk kertas toilet yang dihasilkan dari proses daur ulang.
Persoalannya yang muncul dari daur ulang adalah kualitas. Kualitas
kertas toilet daur ulang mungkin tak sehalus kertas toilet yang tidak
didaur ulang. Barangkali mereka yang sudah terbiasa menggunakan
kertas toilet yang tidak didaur ulang akan kecewa jika menggunakan
kertas toilet daur ulang. Mereka takut bahwa kertas toilet daur ulang
tak cukup lembut di pantat. Tapi kekecewaan itu tak seberapa
dibandingkan dengan lingkungan yang hancur dan eksistensi masyarakat
yang bergantung hidupnya pada hutan menjadi terancam. Agak ironis,
disatu sisi hanya persoalan pantat dan disisi lain persoalan
eksistensi yang terancam. Mengenai hal ini seorang teman di Melbourne
bercerita tentang seorang dari dunia ketiga yang bertanya pada
pengguna kertas toilet, "Apa yang anda lakukan dengan kebiasaan
toilet anda jika kami tak menebang pohon-pohon kami?" Pertanyaan ini
bukan mengejek para pengguna kertas toilet namun mengajak untuk
berpikir kembali bahwa apa yang biasa digunakan untuk membersihkan
pantat diambil dari hutan-hutan di negara lain, yang merupakan bagian
dari hidup mereka.
Bisa saja orang bersikap masa bodoh dengan tidak memikirkan tentang
kaitan antara kertas toilet dan lingkungan. Ketika perut mules,
tinggal kebelakang dan buang hajat, lalu bersihkan dengan kertas
toilet.Tak peduli berapa banyak yang terpakai, pokoknya pantat
kembali bersih. Ini yang paling penting. Ini memang pilihan apakah
orang perlu sadar atau tidak akan kaitan antara kertas toilet dan
lingkungan. Namun jika sikap tak peduli yang dipilih, maka orang-
orang yang hidupnya bergantung pada hutan harus meringis melihat
hutan mereka yang hijau berakhir di pantat orang yang bebal.
* Rahadian Permadi, aktivis kemanusiaan
HUTANKU MENYEKA PANTATMU
Rahadian Permadi*
Ketika sedang "nongkrong" atau duduk di atas toilet hotel, biasaya
kita melihat sebuah gulungan kertas yang menggantung ditembok.
Gulungan kertas itu lazim disebut kertas toilet yang digunakan untuk
membersihkan diri sehabis buang air. Singkatnya kertas tersebut
digunakan untuk mengatasi perkara toilet.
Bagi masyarakat Indonesia mungkin kertas toilet bukan hal yang
penting karena kebiasaan toilet di Indonesia tak menggunakan kertas
toilet. Masyarakat Indonesia biasa menggunakan air untuk membasuh
atau membersihkan diri sehabis buang air. Perkara membersihkan diri
dengan air atau lazim disebut "cebok" masih saja dilakukan sekalipun
bagi mereka yang masih menggunakan jamban atau toilet yang berada di
pinggir kolam atau empang. Namun bagi masyarakat di belahan bumi
lainnya, kebiasaan membasuh dengan air tidak dilakukan, sebagai
gantinya mereka menyekanya dengan kertas toilet.
Sekilas, kertas toilet kelihatan seperti perkara sepele saja. Toh itu
hanya kertas yang digunakan untuk membersihkan diri atau cebok.
Sesungguhnya kertas toilet memiliki sejarah yang cukup panjang.
Menurut catatan Bulk Wolf (Sejarah Kertas Toilet) yang terdapat dalam
ABCNews, sekitar abad ke-14 Kaisar China meminta kertas toilet
berukuran dua kali tiga kaki. Pada tahun 1596 Sir John Harington,
menemukan toilet yang dapat mengeluarkan air (flushing). Hal ini lalu
memberikan inspirasi bagi perkembangan berikutnya. Joseph C. Gayetty,
seorang pengusaha, yang membuat kertas toilet yang
disebut "therapeutic paper" (kertas terapi). Kertas toilet dalam
bentuk gulungan baru muncul menjelang akhir abad ke-19 yang
dipromosikan oleh Scott Paper—perusahaan ini pada akhirnya bergabung
dengan salah satu perusahaan kertas toilet raksasa Kimberly-Clark.
Jika dilihat dari sejarahnya yang panjang, mungkin kertas toilet tak
lagi dipandang sebagai barang sepele. Namun barangkali masih ada yang
menganggap kertas toilet sebagai barang sepele tapi tidak oleh
militer Amerika. Ketika Perang Teluk berkecamuk, tentara Amerika
menggunakan kertas toilet untuk menyamarkan tank-tanknya!
Di negara-negara maju semisal Amerika, negara-negara di kawasan
Eropa, dan Australia pemakaian kertas toilet cukup besar. Besarnya
jumlah pemakaian kertas toilet ini tak lepas dari kebiasaan toilet
yang ada di negara-negara tersebut. Oleh karena kebiasaan ini maka ia
harus senantiasa tersedia dan karenanya harus selalu masuk dalam
daftar belanja. Bahkan kertas toilet menjadi pilihan kedua terbanyak
setelah makanan jika orang ditanya apa yang paling dibutuhkan
seandainya terdampar di sebuah pulau (www.toiletpaperwolrd.com). Hal
ini membuat kertas toilet merupakan barang yang cukup konsumtif.
Masih dari sumber yang sama, menurut survey yang dilakukan Charmin
(sebuah anak cabang dari perusahaan Procter & Gamble di Amerika),
rata-rata pemakaian kertas toilet kurang lebih 8 lembar sekali pakai
atau 57 lembar perharinya dan 20.805 lembar pertahunnya. Dengan angka-
angka ini dapat dibayangkan jika di sebuah kota berpenduduk 20 juta,
maka pemakaian kertas toilet pertahunnya kurang lebih mencapai 416
milyar lembar! Selain menunjukkan jumlah pemakaian yang besar, angka
ini juga menunjukkan bahwa dibalik perkara cebok terdapat ladang
bisnis yang menggiurkan. Lihat saja dalam skala kecil, bisnis toilet
di Indonesia yang tak pernah sepi. Apalagi jika dalam skala besar,
semakin banyak dolar yang dapat diraup dari bisnis toilet ini.
Kimberly-Clark meraup sekitar 4,46 juta dolar pada tahun 1999 dengan
penjualan sebanyak 16.9 milyar lembar kertas toilet dari 1 gulung
kertas toilet yang berisi 280 lembar (www.toiletpaperworld.com).
Besarnya jumlah konsumsi kertas toilet mengakibatkan naiknya jumlah
produksi kertas toilet. Hal ini tentu saja berimbas pada penyediaan
kayu sebagai bahan dasar pembuat kertas. Jika seandainya pemakaian
hutan di negara produsen dan konsumen kertas sudah mencapai titik
maksimum maka hal ini dapat mengganggu proses produksi kertas.
Selanjutnya kebutuhan pasar kertas tak medapatkan pasokan. Mungkin
sebagian besar pengguna kertas toilet akan kebingunan jika kertas
toilet tak mudah lagi didapatkan. Dalam situasi ini, jalan keluar
yang diambil adalah mengimpor bubuk kertas dari negara lain. Jalan
keluar semacam ini mengorbankan hutan-hutan di negara-negara dunia
ketiga—banyak perusahaan kertas berlokasi di negara-negara maju.
Saat ini, sekitar 80% pasokan pulp dan kertas dunia berasal dari
negara-negara Norscan, yang telah mencapai titik maksimum penggunaan
hutan mereka. Padahal, pada saat yang bersamaan, kebutuhan dunia
meningkat sekitar 3% setiap tahunnya. Harapan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut jatuh pada negara-negara yang masih memiliki
hutan, seperti Indonesia, Brasil, Cile, Afrika Tengah, dan Rusia.
Karena itu, di kawasan Asia, Indonesia memegang peranan penting dalam
memasok kebutuhan pulp dan kertas dunia.
http://www.aikon.or.id/minggukertas/faq.asp
Negara-negara yang masih memiliki hutan—umumnya negara dunia ketiga—
mungkin melihat persoalan ekspor kertas sebagai peluang untuk
mengangkat perekonomian negara. Beranjak dari pandangan tersebut,
dibuatlah perjanjian bisnis antara negara pemilik hutan dan
perusahaan kertas. Setelah perjanjian bisnis selesai ditandatangani,
maka berdatangan orang-orang dengan segala mesin-mesin canggihnya
untuk menebangi pohon-pohon. Tak dapat disangkal lagi, proses
penebangan hutan untuk produksi kertas mengakibatkan kerusakan
lingkungan. Lihat saja kasus Indorayon—sebuah perusahaan bubuk kertas
di Sumetara Utara—yang proses produksinya kemudian membuat volume air
Danau Toba berkurang. Mudah diprediksi bahwa kasus-kasus serupa juga
terjadi di negara-negara lainnya jika melihat ulah para perusahaan
penghasil bubur kayu.
Jika demikian buruk dampak pemakaian kertas terhadap lingkungan,
apakah ada alternatif pengganti kertas, termasuk kertas toilet?
Apakah lebih baik para pengguna kertas toilet dianjurkan untuk
mengganti kebiasaannya, misalnya membasuh dengan air? Agak sulit
untuk mencari pengganti kertas dan juga sulit merubah kebiasaan yang
telah berlangsung berabad-abad. Jawaban lainnya mungkin adalah
penggunaan kertas daur ulang sebagai kertas toilet. Jika dilihat dari
banyaknya sampah yang dihasilkan dari pemakaian kertas, maka produk
daur ulang seperti obat mujarab untuk mengatasi persoalan pemakaian
kertas. Sekarang ini banyak kertas toilet yang merupakan produk daur
ulang. Dengan adanya produk daur ulang ini maka para konsumen kertas
dianjurkan untuk memilah sampah di kantor atau di rumah masing-masing.
Keprihatinan akan pemakaian kertas yang begitu besar dan dampaknya
terhadap kelestarian hutan beserta habitatnya, harus mengendap dalam
kesadaran para pengguna kertas toilet. Mereka harus pandai memilih
produk kertas toilet yang dihasilkan dari proses daur ulang.
Persoalannya yang muncul dari daur ulang adalah kualitas. Kualitas
kertas toilet daur ulang mungkin tak sehalus kertas toilet yang tidak
didaur ulang. Barangkali mereka yang sudah terbiasa menggunakan
kertas toilet yang tidak didaur ulang akan kecewa jika menggunakan
kertas toilet daur ulang. Mereka takut bahwa kertas toilet daur ulang
tak cukup lembut di pantat. Tapi kekecewaan itu tak seberapa
dibandingkan dengan lingkungan yang hancur dan eksistensi masyarakat
yang bergantung hidupnya pada hutan menjadi terancam. Agak ironis,
disatu sisi hanya persoalan pantat dan disisi lain persoalan
eksistensi yang terancam. Mengenai hal ini seorang teman di Melbourne
bercerita tentang seorang dari dunia ketiga yang bertanya pada
pengguna kertas toilet, "Apa yang anda lakukan dengan kebiasaan
toilet anda jika kami tak menebang pohon-pohon kami?" Pertanyaan ini
bukan mengejek para pengguna kertas toilet namun mengajak untuk
berpikir kembali bahwa apa yang biasa digunakan untuk membersihkan
pantat diambil dari hutan-hutan di negara lain, yang merupakan bagian
dari hidup mereka.
Bisa saja orang bersikap masa bodoh dengan tidak memikirkan tentang
kaitan antara kertas toilet dan lingkungan. Ketika perut mules,
tinggal kebelakang dan buang hajat, lalu bersihkan dengan kertas
toilet.Tak peduli berapa banyak yang terpakai, pokoknya pantat
kembali bersih. Ini yang paling penting. Ini memang pilihan apakah
orang perlu sadar atau tidak akan kaitan antara kertas toilet dan
lingkungan. Namun jika sikap tak peduli yang dipilih, maka orang-
orang yang hidupnya bergantung pada hutan harus meringis melihat
hutan mereka yang hijau berakhir di pantat orang yang bebal.
* Rahadian Permadi, aktivis kemanusiaan
Langganan:
Postingan (Atom)